10 Juli 2008

Akibat Ditegur, Kru Extravaganza Sambangi KPI

Kamis, 10 Juli 2008 - Sebagaimana pernah dijanjikan oleh Direktur Utama Trans TV, Ishadi SK, di beberapa media, rombongan kru "Extravaganza" dan "Ngelenong Nyok" mendatangi KPI Pusat siang tadi. Ishadi mengaku, kedatangan rombongan Trans TV ini untuk menyamakan persepsi antara KPI dengan rombongan personil pembuat program "Extravaganza" dan "Ngelenong Nyok". Menurutnya, hal ini penting karena supaya tidak lagi terjadi pelanggaran dalam program-program ini. "Masalah utama kami adalah sistem, bahan tayangan kadang baru datang sekitar 1 atau 2 jam sebelum tayang, ditambah lagi termasuk ada hal-hal yang beyond control seperti kru, ucapan artis dan lain sebagainya", jelas Ishadi, menanggapi teguran KPI terhadap program Extravaganza, Nglenong Nyok dan Suami-suami Takut Istri. Selain itu, setelah membaca rincian deskripsi pelanggaran yang diberikan KPI Pusat, Ishadi mengakui memang ada lelucon-lelucon dalam Extravaganza yang memang tidak pantas. Namun, dia juga menyatakan ada banyak deskripsi pelanggaran yang masih dapat diperdebatkan, misalnya soal adegan banci, "adegan banci-banci adalah suatu hal yang biasa terjadi, di Indonesia banyak terdapat banci", tandas Ishadi. Sedangkan mengenai adegan ciuman, dia mengatakan bahwa hal itu bukan sesuatu yang disengaja.
 

Menerima kedatangan rombongan Trans TV dan TV 7, Anggota KPI Pusat yang juga Koordinator pemantauan langsung, Yazirwan Uyun menjelaskan prosedur pemantauan yang dilakukan KPI Pusat. Mantan Direktur Utama TVRI ini menjelaskan bahwa hasil pemantauan langsung yang diterima dari analis akan diolah dahulu oleh koordinator yaitu Bobby Guntarto (Yayasan Pengembangan Media Anak) dan Razaini Taher (Mantan Praktisi Media) sebelum dibawa ke forum Panel untuk diperiksa kebenarannya. Setelah diperiksa kebenarannya oleh Tim Panel yang terdiri dari Prof. Dr. Arief Rahman (Ketua), Dedy Nur Hidayat Ph.D (wakil ketua),  dengan para anggota, Dr. Seto Mulyadi dan Dra. Nina Armando M.Si, hasil rekomendasi ini dibawa ke Pleno KPI Pusat untuk diputuskan secara resmi sebagai keputusan KPI Pusat. Selain menjelaskan prosedur, pria yang akrab dipanggil Iwan Uyun ini juga tidak menampik kemungkinan ada tayangan yang lebih buruk dari Extravaganza. "karena segala keterbatasan seperti alat, SDM dan lain sebagainya, kita hanya mampu memantau 3 sampai 4 jam sehari", kata Iwan Uyun. Dia juga menjelaskan bahwa untuk periode berikutnya KPI Pusat akan lebih fokus pada program sinetron.

Mengemuka dalam forum, walaupun diakui bahwa adegan banci memang berlebihan, namun Extravaganza adalah acara komedi, maka tidak mungkin seluruh banyolan dibatasi sampai rinci. para kru juga menyampaikan bahwa kalau dilihat sepotong-sepotong maka tayangan ini bisa memiliki makna parsial, untuk itu, semua harus dilihat secara utuh. Salah satu Kru Trans 7 menyatakan bahwa Extravaganza adalah acara komedi dampaknya tidak terlalu buruk bagi anak, berbeda dengan sinetron yang tayang hampir setiap hari dan membawa cerita anak-anak pacaran dan lain sebagainya sehingga berdampak sangat buruk bagi anak-anak.

Menanggapi persoalan ini, Anggota KPI Pusat, Don Bosco Selamun menyatakan penonton TV itu memang tidak harus melihat keseluruhan acara karena sangat mudah mengganti channel. Maka, ketika ada yang buruk tayang di awal cerita, walaupun di akhir cerita ada maksud baiknya, namun yang ditangkap oleh penonton adalah yang buruk itu. Jadi, memang TV harus berhati-hati dalam cara penyampaian pada program. Anggota KPI Pusat lainnya, S. Sinansari ecip menyatakan bahwa sistem kejar tayang ini yang perlu diperbaiki. ecip juga menjelaskan bahwa dengan dialog ini perlu disampaikan bahwa KPI tidak ingin menghancurkan industri lembaga penyiaran, namun lembaga penyiaran juga diminta untuk memperhatikan ketentuan mengenai isi siaran yang dibuat oleh KPI Pusat dan 27 KPI Daerah.

Wakil Ketua KPI Pusat, Fetty Fajriati menambahkan dan meminta kepada forum untuk berusaha memahami perspektif orang lain sebelum mengambil keputusan (mengenai tayangan-red). "KPI juga sudah melakukan teguran ke TV lain yang juga melecehkan fisik kaum minoritas dan mempertontonkan seksualitas", kata Fetty. Secara khusus, Fetty meminta memperhatikan permintaan MUI dan lembaga keagamaan lain yang meminta lembaga penyiaran mengurangi tayangan banci, "kami pun mendapat masukan yang sama dari masyarakat", tambah Fetty

Mengakhiri diskusi yang dihadiri oleh Anjasmara dari Rumah Produksi yang membuat sinetron komedi Suami-suami Takut Istri serta hampir 30 orang kru Trans TV dan Trans 7, Iwan Uyun menyatakan bahwa tujuan KPI bukan untuk menghambat kreativitas, namun ada rambu-rambu yang harus ditaati dalam bersiaran di Indonesia. "Jangan sampai hal ini menghambat kreasi, teruskan berkreasi, namun, perhatikan juga rambu-rambu yang ada", kata Iwan sambil membagi-bagikan buku UU No.32 tentang Penyiaran. Selain Fetty, ecip, Iwan Uyun, Don Bosco, acara ini juga dihadiri oleh Anggota KPI Pusat lainnya, Amar Ahmad.

Keluhkan Berita I Gosip

Selain itu, Don mengeluhkan tayangan I Gosip (Trans 7) yang tayang pada 15 Mei 2008 pukul 07.00 WIB. Don mengungkapkan bahwa dalam pemberitaan di I Gosip, baik sengaja maupun tidak telah terjadi misleading. Dalam narasi pemberitaan I Gosip ini, disebutkan bahwa KPI telah mencekal artis Ruben yang merupakan pembawa acara Super Seleb Show (salah satu acara bermasalah yang diumumkan pada periode pertama). Padahal, KPI sama sekali tidak pernah mencekal artis, "yang kita persoalkan adalah materi tayangannya dan bukan artisnya", tandas Don. Menyikapi persoalan ini, Ishadi menjelaskan bahwa tidak ada tendensi dari pihaknya untuk melawan KPI. Untuk itu, dia berjanji akan menyampaikan ke pihak rumah produksi yang membuat program I Gosip agar lebih berhati-hati.

Tidak ada komentar: