27 Juli 2008

VJ MTV Candice Anggunadinata: Aku Ini "Full of Life"

Mau tahu, bagaimana prototipe kawula muda zaman sekarang? Coba kita tengok sosok Candice Anggunadinata (22), seorang guest video jockey Music Television alias MTV. Gadis ini bisa mewakili apa yang sekarang kerap disebut sebagai "anak gaul".

Candice biasa tampil membawakan acara "MTV Ampuh" dan "MTV Total Request". Di dua acara itu, dara berwajah bulat-manis ini memandu informasi 20 tangga lagu Indonesia teratas serta melayani permintaan lagu dari pemirsa. Biasanya, dia muncul ditemani VJ lain serta bareng musisi atau satu grup band.

"Aku baru dua bulan jadi video jockey (VJ). Tapi, aku merasa, jiwanya aku banget. Ini seru, fun, gila," katanya.

Memang, menjadi pemandu acara musik di televisi cocok dengan pembawaan gadis ini. Dia selalu ceria, suka ngomong ceplas-ceplos, dan rada ngocol. Semua itu membuatnya leluasa berkomunikasi kepada pemirsa muda yang kerap disebut "anak-anak nongkrong", seperti terlihat saat dia memandu acara MTV Total Request, Jumat (25/7) sore lalu.

"Penampilan itu bermula dari hati. Kalau bisa membuat mood hati nyaman, kita enak saja bawa acara apa pun," katanya.

Mood yang baik itu juga terasa ketika kami ngobrol di sebuah kafe di Plaza Senayan, Rabu (23/7) sore lalu. Selain enak dan asyik, berbincang lama dengan gadis ini mungkin bisa membuat kita sedikit terkaget-kaget dengan cara pandangnya yang begitu ringan dalam memaknai segala sesuatu.

"Sebenarnya aku lebih suka 'haha hihi' daripada mikir," katanya seraya tertawa. Sore itu, Candice tampak segar dengan setelan tank-top merah marun yang dipadu dengan baju bermotif India dengan potongan leher v-neck. Rambutnya dicat coklat muda. Jam tangan merah yang lebih mirip gelang di tangan kiri memberi aksen yang dinamis.

Sebagai VJ MTV, Candice tentu akrab dengan dinamika musik di Indonesia dan mancanegara. Tren mode terus diikuti demi mendukung penampilan di depan publik. Selain piawai bercuap-cuap di depan layar kaca, dia juga aktif berbicara dalam beberapa bahasa asing.

"Menyajikan musik bagi pemirsa itu seperti tersenyum kepada banyak orang. Kalau kita senyum kepada semua orang, maka orang lain juga akan tersenyum kepada kita," paparnya.

Mencoba

Perjalanan Candice hingga menjadi guest VJ MTV bisa menggambarkan bagaimana anak muda ini selalu bersemangat mencoba hal-hal baru. Tahun 2002, perempuan ini masih menjajal jadi co-host program "DJ Kamu" di Radio Prambors, Jakarta. Setelah sempat jadi public relations di sebuah restoran dan klub dansa, dia lantas jadi co-host acara "Metro Kampus" di Metro TV, Jakarta.

Kesempatan itu juga memberinya celah untuk magang jadi public relations di Metro TV. Itu juga tak lama karena dia tertantang saat ditawari casting jadi penyiar cuaca berbahasa Inggris dalam program "Indonesia This Morning". Ternyata, dia diterima dan akhirnya muncul di televisi setiap hari, dari Senin sampai Jumat.

"Jadi penyiar acara cuaca itu menyenangkan, walaupun aku harus bangun jam 03.30 dan masuk kantor jam 04.00. Bayangkan saja, aku sudah bangun dan bersiap siaran saat banyak orang masih tidur pulas," katanya.

Setelah menekuni pembawa acara cuaca sekitar 1,5 tahun, Candice mencoba tantangan baru dengan masuk casting DJ MTV. Kini, dia menjadi salah satu guest VJ di televisi musik yang digemari anak-anak muda itu.

Meski dia menikmati kerja sekarang, Candice merasa, menjadi VJ hanya satu stasiun yang akan mengantarnya menuju stasiun-stasiun berikutnya. Suatu saat nanti, begitu cita-citanya, dia bakal jadi presenter di salah satu stasiun televisi internasional, katakanlah seperti MTV Asia, V-Channel, atau televisi olahraga ESPN.

"Aku ingin buktikan, anak muda Indonesia juga bisa menembus kancah internasional," katanya dengan bersemangat.

Mencoba

Namun, menjadi presenter di televisi internasional juga bukan tujuan akhir. Baginya, perjalanan hidup masih panjang, dan dia tak akan berhenti pada satu pencapaian saja. "Aku masih pengen mencoba hal-hal baru dan menantang," katanya.

Memang, punya mimpi apa lagi, Candice? "Salah satunya, nanti aku ingin punya sekolah atau yayasan yang mendidik anak-anak sesuai bakatnya. Pendidikan kita sekarang terlalu mendikte. Saya ingin mendorong anak-anak menemukan karakter, potensi, dan bakat dalam dirinya sendiri, kemudian membantu mereka mengembangkan potensi itu sampai jadi."

Candice belum tahu persis, bagaimana cara mewujudkan impian itu. Namun, dia yakin, jika dirancang sungguh-sungguh, semuanya akan tercapai pada suatu waktu nanti. "Impossible means i'm possible. Aku selalu punya energi untuk menjajal semuanya dan mewujudkan keinginanku. Aku ini full of life, penuh dengan daya hidup."

Apa sih arti hidup itu bagimu?

"Hidup itu seperti kita menyetir mobil dalam kegelapan. Kita punya tujuan, tapi hanya bisa melihat apa yang tersorot lampu mobil saja. Kita harus selalu siap menerima kejutan yang muncul, tapi tetap fokus pada tujuan awal."

http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/07/27/01582760/aku.ini.full.of.life


"Dicuekin" Orang Perancis
Bagi Candice Anggunadinata, menguasai bahasa asing adalah syarat utama untuk mencapai cita-cita berkecimpung dalam institusi internasional. Untuk itu, sudah lama dia mempersiapkan diri dengan mempelajari bahasa Inggris, Perancis, dan Jepang. Belakangan, dia tengah menambah satu bahasa lagi, yaitu bahasa Mandarin.

Candice menguasai bahasa Inggris sejak kecil. Kebetulan, ayahnya selalu berbahasa Inggris di rumah. Meski bisa berbahasa Indonesia, ibunya juga sering menggunakan bahasa Inggris saat bersama keluarga.

Bahasa Perancis dan Jepang dipelajari sejak belajar di Gandhi Memorial International School, Jakarta—sekolah internasional setingkat SMP. Kemahiran bercakap dan menulis dua bahasa itu diasah lagi saat dia melanjutkan studi di Overseas Family International School, Singapura.

"Bahasa asing mengantar kita pada pergaulan internasional. Bahasa itu harta karun yang sangat berharga, dan orang lain tidak bakal bisa mencurinya," katanya.

Bagaimana pentingnya bahasa, Candice punya cerita unik. Saat masih kecil, dia pernah diajak jalan-jalan oleh orangtuanya ke Paris. Dia menyapa seorang Perancis dengan bahasa Inggris. Ternyata, orang itu enggan menjawab.

"Saya sakit hati dicuekin begitu. Rupanya, orang lebih senang disapa dengan bahasa ibunya. Setelah itu, saya serius belajar bahasa Perancis sampai lancar," katanya.

Kemampuan berbahasa itu kini terbukti sangat bermanfaat bagi profesi sebagai presenter di televisi. Setidaknya, dia selalu siap ketika harus mewawancarai narasumber asing. "Di luar kerjaan, bahasa asing itu sudah jadi hobi. Dengan senang hati, saya masih sempatkan untuk mengajar privat bahasa," katanya.

Selain hobi berbahasa asing, Candice juga senang belajar tari salsa, vokal, dan main gitar. Eh, gadis berkulit putih ini juga belajar boxing alias tinju lho.

Apakah tinju itu juga dalam rangka menyiapkan diri dalam pergaulan internasional? Candice menukas, "Itu untuk olahraga dan bela diri dong! He-he-he...." (iam)

http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/07/27/01573910/dicuekin.orang.perancis

Tidak ada komentar: