01 Juli 2008

Tayangan "Komando 6" - Menyulap Sipil Jadi Militer

Seorang peserta program reality show, "Komando 6" berlari menyusul delman dalam tahap eliminasi pertama di Pusat Pendidikan Kopassus, Batujajar, Kabupaten Bandung Barat, Senin (30/6). Kompetisi yang memperebutkan 6 tiket jalan-jalan ke Afrika dan satu buah mobil SUV ini diikuti oleh 29 peserta dan bakal ditayangkan di televisi berbayar, Astro Awani mulai Oktober 2008.


Tidak sedikit dari kita yang sebenarnya bercita-cita atau setidaknya merasakan pendidikan ala militer. Setidaknya itu terlihat dari jumlah pendaftar Komando 6, program reality show dokumenter yang menyajikan perjuangan pria sipil menempuh pendidikan militer dari Komando Pasukan Khusus (Kopassus).

Dari 400 orang yang mendaftar untuk mengikuti program dari stasiun televisi berbayar, Astro Awani ini, hanya 30 orang saja yang akhirnya berkesempatan mengecap pendidikan secara langsung di Pusat Pendidikan Kopassus (Pusdikpassus) Batujajar, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat selama tiga minggu.

"Pendidikan ini biasanya ditempuh tentara dalam waktu tujuh bulan, kalau ini hanya satu bulan. Jadi, bebannya juga sepertujuhnya," kata Riza Primadi, pemimpin redaksi Astro Awani.

Para peserta yang berasal dari beragam profesi seperti mahasiswa, karyawan swasta, instruktur olahraga, pengusaha, hingga seorang desainer tank ini beradu kemampuan fisik dan mental, sejak Jumat (27/6) lalu. Dalam setiap tahapan, sambung Riza, ada peserta yang dicoret dari daftar peserta. Tergantung kemampuan masing-masing. Pada akhirnya akan terpilih enam orang pria yang memiliki kemampuan fisik dan psikis yang paling unggul. Mereka itu bakal mendapatkan hadiah enam paket wisata safari ke Afrika.

"Karena berenam, makanya diberi nama Komando 6. Satu orang terbaik akan dapat hadiah tambahan berupa satu unit mobil SUV," ungkap Riza.

Proses eliminasi pertama dilakukan pada tahap pengkondisian di Danau Cimanglid, Batujajar, Senin (30/6). Para peserta - yang jumlahnya 29 orang karena ada satu yang mengundurkan diri - diharuskan berenang sekitar 200 meter dari daratan di tengah danau. Usai itu dilanjutkan dengan lari sepanjang dua kilometer.

Tapi jangan bayangkan para peserta ini mengalami kesulitan yang amat sangat. Pasalnya, mereka tidak menggunakan seragam loreng, ransel, helm, dan juga sepatu lars. Mereka malah diperbolehkan mengenakan kacamata renang dan juga pelampung.

Karena mencapai titik akhir dengan catatan waktu paling lambat, tiga orang peserta yang masing-masing berprofesi sebagai pengusaha penjernihan air, mahasiswa, dan karyawan swasta harus meninggalkan lokasi. "Mereka kurang baik hasil tesnya," ujar Humas PT Adi Karya Visi (Astro Indonesia) Aityawati Asyari.

Dari Batujajar, para peserta yang rentang usianya antara 20 hingga 35 tahun ini akan kembali bersaing di kawasan Citatah, Padalarang. Di sana, mereka bakal mendapatkan materi seputar panjat tebing selama empat hari. Selain itu, peserta juga akan menempuh materi gunung-hutan di kawasan Situ Lembang, serta materi rawa-laut di daerah Cilacap, Nusa Kambangan.

"Kami ingin memberikan gambaran dokumenter bahwa tidak mudah menjadi tentara. Sekaligus memberikan sesuatu yang lebih buat penonton kita. Sehingga program kita harus lebih dari televisi tidak berbayar," ungkap Riza lagi.

Audisi untuk mendapatkan peserta sendiri, meliputi beberapa tahapan, yaitu pemeriksaan kesehatan, tes kemampuan fisik, penyaringan, dan tes psikologi.

Pemeriksaan kesehatan sendiri terdiri dari pengukuran keidealan tubuh antara tinggi dan berat badan, pemeriksaan tensi darah, kesehatan mata, cek buta warna, telinga, jantung, paru-paru, hati, hernia, ambeien, varises, kulit, gigi, dan urine.

Walau tampak sepele, tes ini merupakan salah satu tahap penting dalam audisi. Di tahap ini ditemukan beberapa calon peserta yang ternyata memiliki kelainan pada organ tubuhnya, meskipun secara sepintas memiliki proporsi ideal.

Tes kekuatan fisik yang dilaksanakan di Lapangan Atang Sutresna dan Kolam Renang Tirta Yudha, Kompleks Kopassus Cijantung ini terdiri dari lari, angkat tubuh, sit up, push up, lari angka delapan, dan renang.

Setelah dinyatakan lolos dari audisi jasmani, para peserta menjalani penyaringan berupa wawancara mengenai latar belakang pribadi setiap calon kontestan. Tidak berhenti sampai disitu, audisi dilanjutkan dengan tes psikologi.

Proses eliminasi atau pencoretan peserta ini sekilas mirip dengan Program Survivor, produksi Mark Burnett. Dalam tayangan ini, sejumlah peserta ditempatkan dalam satu pulau selama beberapa waktu untuk bersaing menjadi yang paling akhir dipulangkan. Bedanya, dalam Komando 6, setiap peserta yang dicoret tidak dimatikan obornya, tetapi dicabut kalung namanya.

"Semua peserta yang sudah terbawa ke Batujajar akan mendapatkan uang tunai. Eliminasi berikutnya, akan lebih besar," papar Thya, sapaan akrab Adityawati. [SP/Adi Marsiela]

http://www.suarapembaruan.com/News/2008/07/01/index.html

Tidak ada komentar: