05 Juli 2008

Buka Mata, Buka Telinga, Ada Aura (Kasih)

Dilihat dari "jam terbang", Aura Kasih terbilang masih kencur. Betapapun, sembilan bulan merupakan waktu yang terlalu singkat untuk ukuran perjalanan karier seseorang yang merintis hidupnya jadi penyanyi terkenal.

Tetapi, ibarat melesat ke angkasa bak kembang api, Aura tiba-tiba dilirik publik musik pop Indonesia lantaran penampilan sensualnya: berlenggang seperti di catwalk sambil menyanyi. Lagu-lagunya berlirik sensual pula.

Lihat judul albumnya, Malaikat Penggoda—meski jika ditemui sehari-hari, Aura yang bukan malaikat itu tak ubahnya seperti remaja lain di usia 20 tahun. Suka berkaus dan celana pendek. Masih polos tak suka make-up dan tak sesensual seperti di pentas.

"Di pentas kan hanya profesional saja. Di panggung saya harus menghibur orang. Sehari-hari masih ngekos di Kemang, mobil pun (Suzuki Karimun) dipinjami orangtua," ungkap dara bertinggi 171 cm yang mengaku bergaya free style jika menyanyi ini. Ia tiba-tiba melejit gara-gara klip video "Mari Bercinta" serta "Mata Keranjang"—di internet sering dipelesetkan "Mata ke Ranjang".

"Yang ditayangkan televisi itu klip video yang sudah direvisi. Yang di YouTube (internet), itu yang ditolak ditayangkan di televisi," kata Aura. Klip video yang tak dipakai inilah yang laris diklik orang. Kurang dari tiga bulan setelah klip videonya keluar, "Mari Bercinta" di YouTube sudah diklik sebanyak 105.000 views lebih.

"Artinya, setiap hari setidaknya dilihat orang 1.000 kali," ujar Andreas Wullur dari manajemen Maha Suara yang menangani seluruh kegiatan Aura di showbiz sejak sembilan bulan terakhir.

Dicekal?

Setelah disorot karena penampilan sensualnya di klip video, belakangan Aura mengubah penampilannya. Lebih tertutup, dan belakangan di berbagai pentas, Aura malah mengenakan stocking.

Dicekal?

"Bukan dicekal, cuma diingatkan. Dan kami retake (bikin ulang klip video) lagi, tak hanya sekadar merevisi klip pertama," ungkap pimpinan manajemen Maha Suara, Andreas Wullur, yang mengelola bisnis penampilan pentas dan nyanyi Aura Kasih. Selain dinilai terlalu seronok gayanya, juga penggambaran gerak tarian Aura menggelayut sebuah tiang dalam klip video dianggap terlalu vulgar.

Penolakan pertama kali terjadi ketika pihak manajemen Aura menyodorkan (presentasi) contoh rekaman ke pihak radio swasta. Radio menolak lantaran dinilai corak musik yang disodorkan itu "agak dangdut" atau "kedangdut-dangdutan". (Tidak semua radio swasta bersedia menyiarkan lagu-lagu dangdut).

"Ada yang mengatakan seperti dangdut, ada yang bilang mirip musik Latin (seperti 'Asereje' dari Las Ketchup)," ungkap Aura. Akibat ditolak siar di radio, membuat lagu Aura tidak masuk dalam chart (tangga lagu-lagu) pop di radio—sebuah patokan yang biasa dipakai penyanyi pendatang baru seperti Aura sebagai modal jika akan melangkah lanjut ke siaran televisi.

Manajemen pun putar otak. Bagaimana kalau dibelokkan dulu sasaran, menembus siaran televisi? Lagi-lagi, manajemen Aura menyodorkan contoh rekaman ke televisi. Setelah melihat klip video yang dinilai terlalu vulgar, Global TV yang disodori pun meminta klip direvisi agar bisa dipakai untuk hot seat, lagu hangat terbaru yang ditawarkan televisi swasta itu.

Manajemen Aura pun memilih retake, bikin ulang klip video. Lenggang-lenggok Aura dibuat tak sevulgar semula. Gelayut tubuh di sebuah tiang pun—salah satu pengadegan yang ditolak pihak televisi—diganti dengan ayunan langkah di catwalk. Sambil menyanyi. Dan jadilah, Aura yang tak pernah menduduki tangga lagu di radio bisa langsung muncul sebagai pengisi hot seat di MTV (Global).

Penampilan yang bak kembang api di angkasa itu pun akhirnya ditangkap mata pemirsa dan mulailah Aura dilirik. Sampai kemudian, giliran radio-radio yang tadinya menolak mulai memutar lagunya. Aura yang semula tak dikenal pun kini mulai digunjingkan, di Internet pun ramai dikomentari. Ada yang tergiur, ada tentu saja "mata lelaki" yang komentarnya miring. Ini mah biasa....

Dari semula bukan siapa-siapa, Aura kini mulai menjadi seseorang. Hanya dalam waktu relatif singkat. Sembilan bulan. Laris enggak? Ternyata laris manis.

"Jadwal (pentas, wawancara radio) padat. Bulan Juni ini, 18 pertunjukan, termasuk talk-show. Setiap hari selalu ada kegiatan. Juga padat, jadwal bulan Juli," tutur Ryska Wullur, personal manager yang selalu mendampingi Aura, hampir ke mana pun ia pergi.

Maka, wawancara dengan Kompas pun harus dilakukan di sebuah resto di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Jumat pagi-pagi benar pekan lalu, menunggu waktu ketika Aura bersiap melakukan perjalanan ke Batam. (Hari berikut Aura pentas ke Semarang, transit sesaat di Cengkareng dari Batam).

"Maklum, masih taraf promo," tukas Aura, "Juga masih belum punya pikiran punya rumah atau punya mobil sendiri. Beli mike sendiri saja (biasanya merek Shure, seharga sekitar Rp 47 juta, seperti umumnya penyanyi-penyanyi lain, punya mike pribadi) juga belum," ungkap mojang asal Bandung, yang memang benar-benar masih fresh from the oven di dunia hiburan, ini.

Pilih paras

Dalam tatanan industri hiburan, Aura Kasih memang sebuah produk. Pihak manajemen yang menjual produknya tentu juga memiliki konsep ketika mula pertama memilih sosok Aura yang ayu tinggi semampai ini sebagai produk jualan mereka.

Selain dari sejak awal digarap oleh tim manajemen—penyeleksi audisi, personal manager, road manager (yang bertugas mengeksekusi untuk pentas pertunjukan)—Aura yang lolos audisi pada bulan Juli 2007 lalu itu juga didampingi pelatih vokal dan desainer.

"Selain bergaul dekat dengan artis sesama manajemen (dan artis-artis sesama label di Universal, seperti grup musik Samsons) untuk menambah pengetahuan pentas, saya juga pernah ikut kolaborasi dengan pemusik-pemusik yang lebih terkenal, seperti grup Titans, Kikan Cokelat, Melly Goeslaw, Changchuters, Seurieus, sebelum saya masuk rekaman," tutur Aura Kasih. Selain untuk tes vokal, juga tentunya tes nyali di depan publik.

Kenapa dipilih yang cantik, sensual?

"Saya memang memilih artis cewek yang good-looking (cantik) dan bisa nyanyi, atau setidaknya punya niat untuk menjadi penyanyi," ungkap Andreas Wullur, sang manajer. "Menurut saya, lebih murah memberi kursus vokal pada penyanyi cantik daripada harus membiayai operasi plastik (yang kurang cantik)," kata Andreas.

Inilah sekelumit gambaran dunia hiburan—lebih banyak memanjakan mata, telinga, dan rasa pop. Dalilnya, yang penting enak di telinga, mak nyus di mata. Dan, srupuut. Gitu aja....

http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/07/06/0201499/buka.mata.buka.telinga.ada.aura

Tidak ada komentar: