20 Mei 2010

Idealisme Pers untuk Pembangunan Bangsa

Jakarta, Kompas - Saat era profit menjadi tujuan utama perusahaan media, wartawan harus bisa mencari celah untuk mewujudkan idealisme demi pembangunan bangsa.

Wartawan senior Rosihan Anwar menyatakan hal itu dalam diskusi Refleksi 88 Tahun Rosihan Anwar dengan tema "Quo Vadis Indonesia: Obsesi Membangun Bangsa Berkarakter" yang digelar Ikatan Alumni Lemhannas, Rabu (19/5) di Jakarta.

Mantan Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) Agum Gumelar juga mengatakan, media sangat berperan dalam memberikan kontribusi pada arah pergerakan bangsa. "Sulit jika tanpa idealisme," katanya.

Rosihan membandingkan dengan kondisi pers pada era sebelum kemerdekaan. Saat itu, wartawan memiliki idealisme menuju Indonesia merdeka. Kini, pers terjepit oleh manajemen yang mencari rating dan iklan. "Sekarang media dimiliki pemodal yang orientasinya profit," ujarnya.

Operasional dan pendirian media juga membutuhkan biaya besar. Wartawan yang menerima gaji juga cenderung mempertimbangkan konsekuensi materi dan fasilitas yang didapatkan.

Menanggapi hal itu, menurut Rosihan, wartawan tetap harus bisa menyelipkan agenda idealisme. "Suatu saat nanti juga perlu ada sikap, tak bisa terus-terusan seperti ini. Sekarang wartawan harus bisa cari jalan keluar untuk membela masyarakat," katanya.

Idealisme harus dapat disampaikan dalam tulisan yang menarik. Untuk televisi, ujar Rosihan, harus menampilkan potret masyarakat yang sebenarnya.

Menurut Agum, akan berbahaya kalau tidak ada idealisme. Ia menyoroti televisi yang lebih menonjolkan pesimisme. (edn)

http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/05/21/05004763/idealisme.pers.untuk..pembangunan.bangsa

Tidak ada komentar: