13 Maret 2010

Dramatisasi Teknologi Rasa Tempelan

Budi Suwarna

Trans7 dan O'Channel menayangkan program berbau sains dan teknologi, yakni Doctor's File dan How to Make the Things. Sayangnya, sains dan teknologi di kedua acara itu masih sekadar tempelan.

Doctor's File yang tayang setiap Senin pagi bercerita seputar dunia kedokteran dan tantangan yang dihadapi dokter dalam mengatasi berbagai penyakit. Dalam sebuah episode, Doctor's File membahas penyakit kista.

Acara dimulai dengan reka adegan yang dimainkan seorang model perempuan. Si model tiba-tiba "pingsan" akibat sakit perut hebat. Setelah "mendiagnosis" model itu, dokter menyatakan di rahim si model ada kista.

Program itu kemudian menayangkan adegan nyata bagaimana dokter membuang kista dari perut pasien melalui proses laparoskopi. Tentu saja, bukan model tadi yang mendapat tindakan medis itu, melainkan pasien sungguhan. Kamera memperlihatkan bentuk kista dan bagaimana dokter membuangnya dari rahim pasien.

"Sebagian besar adegan di kamar operasi kami rekam sendiri. Namun, hasilnya kami edit agar tidak menimbulkan kengerian," kata Kepala Divisi Produksi Trans7 Herty Purba, Jumat (12/3).

Di program ini, Trans7 tampak berusaha mengawinkan dokumentasi dari kamar operasi dan drama rekaan. Hasilnya, adegan nyata dari kamar operasi tampak sangat dramatis ketika ditampilkan di televisi. Melihat acara ini, kita seperti menyaksikan adegan sinetron yang paling dramatis.

How to Make the Things produksi PT Tender Indonesia yang tayang di O'Channel setiap Sabtu pagi bertutur tentang seluk beluk dunia industri. Pembawa acara Tito Loho mengajak penonton melihat, misalnya, proses pengapalan batu bara, cara membuat senapan, atau proses penambangan bahan emas di Freeport.

Program ini dikemas dalam bentuk perjalanan sang pembawa acara How to Make the Things.

Itu sebabnya pendekatan program ini sangat turistik. Kamera mengikuti ke mana si pembawa acara pergi, mulai naik pesawat, turun pesawat, jalan-jalan di pertambangan, atau pabrik. Adegan semacam ini bisa menyita dua pertiga durasi acara yang panjangnya sekitar 30 menit.

Penggambaran mengenai bagaimana sebuah produk atau proses kerja dilakukan justru serba sekilas. Itu pun muncul dari mulut pembawa acara atau narasumbernya, bukan dari visualisasi yang meyakinkan.

Bandingkan dengan program-program dokumenter National Geographic ketika berbicara soal teknologi. National Geographic, misalnya, bisa menggambarkan proses produksi yang rumit, katakanlah bagaimana membangun sebuah gedung pencakar langit, dengan amat meyakinkan. Narasi rinci bukan muncul dari pembawa acara, tetapi hadir melalui rekaman terpilih, hasil riset yang canggih, maupun simulasi komputer.

Tempelan

Di Doctor's File dan How to Make the Things, sains dan teknologi baru sekadar tempelan. Di acara Doctor's File, rekaman tindakan operasi yang dilakukan dokter terkesan sekadar dipinjam untuk menghadirkan efek dramatik, memunculkan sensasi, dan mengaduk-aduk emosi penonton.

Di How to Make the Things, unsur teknologi tampak sekadar memberi bobot pada perjalanan pembawa acara. Unsur industri dipinjam sekadar sebagai setting.

Mengapa begitu? Herty mengatakan, melalui Doctor's File, Trans7 sebenarnya ingin mengedukasi masyarakat menyangkut dunia medis. "Nah, kami berusaha menyampaikan masalah ini dengan cara yang mudah dimengerti. Salah satunya dengan menyisipi reka adegan dan drama. Kami pikir pendekatan ini cocok dengan target penonton acara ini, yakni ibu-ibu," kata Herty.

Pernyataan senada disampaikan Tito Loho. "Kami ingin mengedukasi penonton mengenai proses industri dalam kemasan yang menantang, mendidik, tetapi juga menghibur," katanya.

Bagaimanapun hasilnya, kedua acara ini penting sebagai tontonan. Keduanya bisa menjadi penyeimbang buat penonton yang dijejali dengan acara sinetron, reality show, dan komedi yang kebanyakan dangkal, vulgar, dan banal. http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/03/14/03355671/dramatisasi.teknologi.rasa.tempelan

Tidak ada komentar: