Demikian terungkap dalam Seminar Forum Bisnis Penerbit dengan Pengiklan, rangkaian dari Jambore Pers Indonesia yang digelar Serikat Penerbit Surat Kabar, Kamis (20/8) di Jakarta.
Menurut Sekretaris Jenderal Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (PPPI) Adi Trisnanto, perilaku masyarakat telah berubah, dampak dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perubahan itu, antara lain, terlihat dari meluasnya penggunaan telepon genggam dan media internet sebagai jejaring sosial. Perubahan ini disikapi oleh pemasang iklan untuk memasarkan produknya.
Adapun Vice President Marketing Communication Excelcomindo Pratama Turina Farouk berpendapat, perkembangan digitalisasi media harus disikapi dengan strategi bisnis yang menarik minat konsumen. Para pemasang iklan kini cenderung mengombinasikan pemasangan iklan di media cetak dan digital.
Pertumbuhan iklan di media digital mencapai 300 persen, di media cetak relatif tetap. Ini karena minat membaca media cetak turun, sementara minat membaca lewat media digital meningkat. Bila ingin bertahan, perusahaan media cetak harus mengarahkan bisnisnya ke media digital, tanpa meninggalkan bisnis media cetaknya.
Direktur Komunikasi Corporate PT Sampoerna Niken Rachmad mengatakan, media cetak yang memiliki media online tidak otomatis bisa memperbanyak jumlah iklan. Hal ini karena antara media cetak dan media online dari satu grup perusahaan bersaing mendapat iklan.
Para pengiklan dengan keterbatasan dana, kata Niken, dituntut memanfaatkan iklan secara efektif dan efisien dengan membagi porsi iklan pada sejumlah media. Saat ini persentase belanja iklan PT Sampoerna untuk TV 64 persen, media cetak 27 persen, luar griya 3 persen, radio dan media online 6 persen. (LKT)
http://koran.kompas.com/read/xml/2009/08/21/03492879/minat.pengiklan.bergeser.ke.media.digital.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar