"Jika benar di antara gembong teroris yang digerebek Densus 88 adalah Noordin M Top, itu merupakan kerja polisi yang spektakuler dan heroik," kata pengamat militer MT Arifin, Sabtu (8/8). Hanya saja, supaya masyarakat tidak bingung, kepolisian seharusnya menjelaskan secara terbuka kronologi penggerebekan tersebut. "Kronologinya seperti apa, tiba-tiba kok polisi sampai di sana," ujarnya.
Menurut Arifin, harus ada penjelasan yang lebih memadai tentang apa yang sebenarnya terjadi, dilanjutkan dengan pembuktian. Apalagi media elektronik menyebutkan yang tewas dalam penggerebekan di Temanggung adalah Noordin M Top.
Kendati mengikuti langsung lewat tayangan televisi, Arifin menyatakan ada beberapa yang menimbulkan pertanyaan dan kebingungan masyarakat. Misalnya, benarkah terjadi baku tembak di tempat kejadian.
Pengamat militer Andi Widjajanto menilai perburuan teroris yang dilakukan Densus 88 membuktikan rekam jejak Densus 88, yang selama ini berhasil membongkar aksi terorisme, dalam waktu yang singkat.
Mengenai dugaan sasaran teroris adalah Presiden Susilo Bambang Yudoyono, selain terjadi penguatan kelompok teroris, terjadi perubahan modus operandi. Dengan berani menetapkan sasaran adalah Presiden, itu artinya kelompok teroris semakin percaya akan kekuatannya.
Pemberitaan
Pemberitaan nonstop dari media elektronik, mengenai jalannya penggerebekan teroris hingga kabar tewasnya Noordin, juga diharapkan tidak terburu-buru menyimpulkan yang tewas adalah Noordin. "Kepastian mengenai hal tersebut harus menunggu hasil final pengujian DNA," kata Wakil Ketua Komisi I DPR Sidharto Danusubroto.
Menurut dia, pernyataan Kepala Polri yang mengatakan masih menunggu hasil tes DNA adalah hal tepat. Karena berdasarkan informasi yang diterimanya, bentuk fisik mayat Temanggung memang mirip dengan Noordin M Top. Namun, ada ciri fisik yang berbeda. "Banyak hal yang harus dicocokkan. Ada hal-hal yang harus diteliti kembali, tapi finalnya ya DNA itu dan itu masih beberapa hari lagi," ujar Sidharto.
Anggota Komisi III DPR, Gayus Lumbuun, memberi apresiasi positif atas tindakan polisi yang cepat dan tegas. Koordinator Kontras Usman Hamid memuji Polri, khususnya Densus 88 yang berhasil mengejar pelaku pengeboman. Namun, Polri tetap diingatkan untuk tidak melakukan kekerasan yang tidak perlu terhadap pelaku, selama proses penyidikan dan penangkapan, agar tidak ada alasan bagi pelaku lolos, justru karena kecerobohan yang tidak perlu. (son/ana/mam)
http://koran.kompas.com/read/xml/2009/08/09/03480218/masyarakat.jangan.dibuat.bingung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar