25 Juli 2009

Ketika Musim Progam (TV) Anak-anak Tiba

Budi Suwarna

Program anak-anak di televisi belakangan ini terus bertambah. Bentuknya pun kian beragam, mulai dari film animasi, musik, sketsa komedi, hingga sulap. Apa pun bentuknya, program anak-anak kini laku dijual.

Di Indosiar ada Aku Ingin Tahu. Di antv ada Star Kids. Di Global ada film-film animasi impor.

Siang dan sore hari, Trans7 menayangkan Bocah Petualang. Televisi ini juga memiliki Laptop Si Unyil, Jalan Sesama, Koki Cilik, Dunia Binatang, dan Dunia Air.

Di luar acara reguler, ada program yang muncul musiman, seperti Idola Cilik di RCTI. Ada pula yang muncul setahun sekali, seperti Kids Choice Awards di Global.

Program anak-anak dua tahun terakhir ini memang menggeliat setelah sempat surut. Kepala Departemen Marketing Public Relations Trans7 Anita Wulandari, Sabtu (25/7), mengatakan, sejak 2007 program anak terus bertambah. "Tahun ini mungkin mencapai puncaknya."

Di Trans7, tayangan program anak rata-rata 3,5 jam dari 20 jam siaran sehari, terbanyak sepanjang usia Trans7.

GM Programming Global Endah Hari Utari, Jumat (24/7), mengatakan, porsi program acara anak di Global mencapai 30 persen dari rata-rata 20 jam siaran.

Bagaimana bentuk acara anak-anak sekarang? Sebagian besar masih didominasi film animasi impor, seperti Avatar, Dora, Pororo, dan Curious George. Animasi lokal baru Kabayan dan Lip Lap di Global.

Industri televisi nasional tampak terus mencari bentuk baru acara anak-anak. Trans7 mengembangkan Bocah Petualang sehingga lahirlah acara petualangan anak-anak baru, seperti Dunia Binatang dan Dunia Air. Bocah Petualang sendiri sebenarnya versi anak-anak dari acara dewasa Jejak Petualangan.

Stasiun televisi di bawah kelompok MNC seperti RCTI dan Global melakukan hal serupa. Setelah sukses dengan The Master, misalnya, RCTI meluncurkan The Master Junior. Dulu, setelah sukses dengan Indonesian Idol, RCTI meluncurkan Idola Cilik.

Global membuat sketsa komedi cilik, Bocah Lucu, saat acara sketsa komedi dewasa merajai layar kaca. Global juga membuat Kids Choice Awards (KCA) yang meski dibeli dari AS, bentuknya tidak jauh berbeda dari acara penganugerahan terhadap pesohor favorit seperti Panasonic Awards atau SCTV Awards. Bedanya, pesohor favorit di KCA dipilih anak-anak. Sebelumnya, ada pula stasiun televisi yang membuat sinetron anak-anak.

Sebagian acara anak-anak yang diadopsi dari acara dewasa berhasil melepaskan diri dari perspektif orang dewasa, sebagian tidak. Bocah Petualang, Dunia Binatang, dan Dunia Air termasuk yang berhasil memotret dunia anak secara wajar.

Namun, konser musik dan sinetron anak umumnya masih sekadar mengopi acara untuk orang dewasa. Artis cilik ditampilkan di panggung dengan dandanan, pakaian, dan lagu cinta orang dewasa. Pada sinetron, artis cilik memainkan kisah penuh konflik, lengkap dengan adegan marah-marah seperti yang sering tampil di sinetron dewasa.

Terlepas dari hal itu, secara bisnis, acara anak-anak sedang menjanjikan. Utari mengungkapkan, acara Kids Choice Award pada Kamis malam, misalnya, rating-nya mencapai 3,3 atau sekitar setengah dari rating sinetron unggulan. Slot iklan pun terjual semua.

Corporate Communication antv Zoraya Perucha mengatakan, program anak-anak di televisi pun bisa dikemas lagi dalam bentuk acara off air.

Bisnis

Sampai kapan program anak bertahan? Anggota KPI Bimo Nugroho melihatnya sebagai fenomena sesaat. "Setiap liburan sekolah, program anak akan bermunculan, setelah itu menghilang lagi," kata dia.

Menurut Bimo, pertimbangan stasiun televisi menayangkan program anak semata-mata didasarkan hitungan bisnis, bukan tanggung jawab. Jika tidak menguntungkan, program anak akan ditendang.

Dalam industri televisi nasional, anak baru diperlakukan sebatas segmen penonton, sama seperti ibu rumah tangga dan anak muda. Untuk menguasai segmen anak, kepolosan dan keindahan dunia mereka ditransformasikan menjadi paket acara televisi.

Zoraya mengatakan, segmen anak buat antv sangat penting untuk memperkuat klaim televisi keluarga.

Apa yang dilansir Bimo bukan fenomena baru. Menurut ahli pendidikan dari AS, Stephen Kline, seperti dikutip Idi Subandy dalam makalah Sketsa Dunia Anak di Media Anak (2002), sejak akhir 1950-an, anak-anak secara eksplisit menjadi sasaran iklan perusahaan mainan anak-anak. Selanjutnya, komersialisasi budaya anak-anak terus meningkat selama 1980-an lewat program televisi.

Lalu, kita mau apa?

http://koran.kompas.com/read/xml/2009/07/26/04252377/ketika.musim.progam.anak-anak.tiba

Tidak ada komentar: