Menjadi caddy golf bukanlah pekerjaan ringan. Selain harus berpenampilan menarik, fisik juga harus kuat dan mampu berbahasa Inggris. Lebih dari itu, seorang caddy saat menemani pegolf main juga harus tajam mengamati jatuhnya bola. Kalau lengah, caci maki yang akan diterima.
"Caci maki memang sering dilontarkan pegolf yang galak. Gara-gara bola lemparannya jatuh entah ke mana. Makanya kita harus jeli melihat arah bola," kata Galuh Paramitha Harnia yang akrab disapa Nia (21).
Itulah sepenggal pengalaman Nia saat bekerja sebagai caddy. Tetapi, cerita itu sudah tidak bersambung lagi, setelah pekan lalu, dia dipecat. Dia dipecat seusai melakukan wawancara live di sebuah stasiun TV swasta. Pemecatan sepihak itu dilakukan pengelola Modern Golf tempat Nia bekerja karena menganggap Nia sudah melakukan pencemaran profesi caddy. Dalam wawancaranya, dia selalu mengungkap seluk-beluk pekerjaan seorang caddy.
Awalnya, Nia tidak menerima pemecatan dirinya itu. Namun akhirnya, dia pun pasrah. Padahal dari pekerjaannya itu, ia berharap banyak, yaitu dapat melanjutkan kuliah dari keringat sendiri seperti yang dilakukan sesama caddy.
Status Nia hanya sebagai karyawan kontrak di mana kontrak tersebut diperbarui setahun sekali. Gajinya hanya Rp 44.000 setiap turun ke lapangan. Dalam sebulan, paling banyak ia turun 19 kali mengingat jumlah caddy di tempatnya bekerja mencapai 250 orang sehingga digunakan sistem rolling.
Nia mengaku senang dengan pekerjaannya karena ia biasa mendapat tip dari pegolf yang di-dampinginya rata-rata Rp 100.000 per pegolf. Dia juga tak menutup mata adanya caddy yang dise-but-sebut sebagai "caddy plus". "Tergantung niat si caddy. Kalau mau menjadi 'caddy plus' tidak ada yang melarang," katanya. [SP/Dewi Gustiana]
http://www.suarapembaruan.com/# Tanggal 17/05/2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar