22 Februari 2009

Farah Quinn: Masak Itu Seksi


Kompas/Yuniadhi Agung
Farah Quinn
Budi Suwarna & Susi Ivvaty

Adakah hubungan antara keseksian dan masakan? Di tangan Farah Quinn (29) keduanya tidak hanya berhubungan, tetapi menyatu. Setidaknya, hal itu dia demonstrasikan dalam acara kuliner Trans TV, "Ala Chef".

Bersama Farah Quinn dengan yummy sexy food," begitu kata Farah dengan lembut di pengujung acara Ala Chef.

Kalimat penutup ini sekadar menggarisbawahi bahwa Ala Chef bukan acara kuliner biasa, tetapi acara kuliner yang diasuh perempuan cantik, tinggi, seksi bak model dengan rambut dicat dan gaya bicara gado-gado Indonesia-Inggris.

Sejak awal acara, penonton tampaknya memang dikontruksikan menerima acara kuliner dengan juru masak yang seksi. Tengok saja Ala Chef yang ditayangkan Jumat (20/2) pagi dari kawasan Cipayung, Jawa Barat.

Sebelum memasak menu kedua, Farah sempat-sempatnya menikmati perawatan spa dan berendam di bak air dalam balutan kemben sambil meniup-niup busa sabun. "I love getting spa," kata Farah.

Usai mandi, Farah yang tampak segar dalam balutan celana jins dan kaus ketat mengajak penonton jalan-jalan ke kebun brokoli organik. Setelah itu, dia memasak kentang isi keju brokoli. Semua dia bawakan dengan santai dan menyenangkan mirip anak kecil yang sedang main masak-masakan.

"Hmmm... yummy," ucapnya usai mencicipi secuil makanan yang baru dia masak. Itu adalah ungkapan khas Farah setiap usai mencicipi satu menu.

Tidak lupa, dia juga membekali pemirsa dengan sejumlah saran. "Daripada direbus, lebih baik brokolinya dikukus supaya vitamin and mineralnya masih stay in the broccoli," tutur Farah yang sejak tahun 1996 tinggal di AS dan baru pulang ke Indonesia enam bulan lalu.

Itu sebabnya bahasa Indonesia Farah agak belepotan. Ketika pengambilan gambar untuk episode-episode awal, kata Farah, dia sering salah ucap sehingga gambar harus diambil berkali- kali.

"Kalau sudah di depan kamera, saya lebih mudah berbicara dalam bahasa Inggris," ujar Farah yang mengaku kemampuan berbahasa Indonesia-nya kian membaik setelah tinggal di Indonesia enam bulan terakhir.

Makanan seksi

Farah memang membawa sesuatu yang berbeda pada acara kuliner di televisi Tanah Air. Tidak tanggung-tanggung, dia melakukan itu dengan menggabungkan antara keseksian tubuhnya dan keahlian memasak.

Karena itu, dengan entengnya dia bisa mengatakan, "Cooking is a sexy thing," meski argumentasi di balik pernyataan itu tidak dia deskripsikan dengan jelas.

"Ketika kamu bisa mengerjakan (memasak) sendiri, it's sexy," katanya ketika ditemui usai pengambilan gambar Ala Chef di Cipanas, Jawa Barat, Kamis.

Farah mengatakan, dia ingin mengubah pandangan umum yang mengidentikkan kegiatan memasak dengan si mbok atau ibu-ibu berdaster di rumah. "Memasak bisa dikerjakan siapa saja, termasuk orang seksi," ujarnya.

Dia mengingatkan agar para perempuan tidak perlu khawatir kecantikannya memudar atau telapak tangan menjadi kasar akibat memasak. "Itu kan mudah dicegah. Gunakan saja lotion dan glove ketika memasak," kata Farah yang telapak tangannya halus.

Kami kemudian bertanya, apakah orang seksi selalu mampu menghasilkan yummy sexy food? Farah tertawa mendengar pertanyaan itu. "Buat saya, all food can be sexy bergantung cara membuatnya."

Meski begitu, ada beberapa makanan yang menurut Farah, dari sono-nya sudah seksi, seperti cokelat, salad, dan stroberi.

Adakah masakan Indonesia yang seksi?

"Ada. Gado-gado," jawab Farah cepat.

Disepelekan

Dengan menggabungkan keseksian dan keahlian memasak, Farah menjadi tampak sangat berbeda dengan pengasuh acara kuliner lain di televisi yang kebanyakan laki-laki. Itu sebabnya, sosok Farah sebagai presenter acara kuliner segera jadi bahan pembicaraan orang, terutama di blog dan milis.

Selain itu, dia juga memiliki modal yang lebih dari cukup untuk diterima pasar industri budaya massa Indonesia. Dia menarik, memiliki keahlian, prestasi, pengalaman, dan penampilannya amat modis. Satu lagi, gaya bicaranya yang campur aduk menjadi keunikan tersendiri.

"Saya sudah siap dengan segala risikonya. Pasti ada yang suka dan tidak suka dengan penampilan saya," kata Farah yang mengaku sempat diajak main sinetron dan diminta menjadi presenter acara gosip hingga sepak bola sejak muncul di Ala Chef.

"Tetapi, aku fokus dulu pada acara kuliner," tukas Farah.

Satu hal yang sempat mengganggu Farah adalah sebagian orang menganggap dia hanya mengandalkan tampang. "Saya sering disepelekan dan dianggap tidak benar-benar bisa masak."

"I have to prove that I have a culinary background," tegas Farah yang menuntut ilmu memasak di Pittsburgh Culinary Institute, Amerika Serikat.

Lulus dari sana, dia meniti karier dari bawah hingga akhirnya menjadi chef dalam waktu lima tahun. Sebagai juru masak yang cantik, dia juga sempat dilirik media massa di AS. Dia ditulis di 944 Magazine dan harian The Arizona Republic.

"Mereka menyebut saya a beatiful and sexy chef from Indonesia," kata dia.

Ah, senangnya.

http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/02/22/01422173/masak.itu.seksi


Seperti Punya "Baby"

Gara-gara terkesima menonton film seri televisi Beverly Hills 90210, Farah jadi ingin tinggal di Amerika Serikat.

"Kayaknya seru sekolah di sana," kata dia mengenang peristiwa tahun 1996. Farah yang waktu itu kelas I SMA di Bandung lantas mengikuti program pertukaran pelajar. "Ini pertukaran pelajar yang bayar sendiri. Aku dapat jatah di Pennsylvania," kata Farah.

Hijrahnya Farah ke AS seperti mengarahkan hidupnya pada bidang yang ia cintai sewaktu kecil, memasak. Lulus sebagai sarjana keuangan, ia sempat bimbang ketika hendak melanjutkan S-2.

"Dalam hati, aku selalu suka baking. Passion-ku ternyata di masak. Daripada S-2, mending memasak, jelas ada gunanya. Kalau enggak masuk industri, minimal bisa memasak di rumah," kata dia.

Sejak kecil Farah memang gemar masak, khususnya kue. Sewaktu kelas I SD ia kerap ikut ibunya kursus memasak. Ia mempraktikkan sendiri di dapur.

"Usia tujuh tahun aku sudah biasa main dengan terigu, bikin bolu, puding, es krim. Aku sudah bisa bikin agar-agar berbentuk semangka," kata dia.

Jadi, ketika belajar di Pittsburgh Culinary Institute, bulat keputusannya untuk profesional di bidang memasak. Ia mengikuti semua tahap untuk menjadi juru masak kepala (chef). Dari situ dia dan suaminya, Carson Quinn, mendirikan restoran bintang empat, Camus. Jumlah karyawan mereka 35 orang, antara lain dari Meksiko dan Asia. "Aku juga melalui pekerjaan berat di kitchen. Aku juga angkat karung terigu," ujar Farah.

Ia menyambung, "Bikin restoran itu seperti punya baby. Chef harus involved, harus train pegawai, sampai baby-nya besar. Jadi aku enggak bisa liburan. Kalau pelayan enggak masuk, aku yang turun tangan. Suamiku juga ikut bantu. Ia bisa masak di rumah, tetapi kalau udah serve di restoran harus di-train juga".

Dua tahun berdiri, Camus dijual. "Harganya tinggi sehingga tidak bisa kami elak, ha-ha-ha.... Pas kebetulan aku melahirkan Armand, sekalian beristirahat," terang Farah. Sebelum pulang berlibur ke Indonesia enam bulan lalu, Farah sebetulnya sudah mendapat pekerjaan baru di Hotel Four Season, Phoenix, Amerika. Namun, ia telanjur kecantol program televisi Ala Chef.

Di Ala Chef, Farah tidak hanya memamerkan kepiawaiannya membikin kue. "Aku mencampur apa yang aku pelajari, pastry, dan apa yang aku cintai, salah satunya masakan Indonesia," papar Farah. (IVV/BSW)

http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/02/22/01414811/seperti.punya.baby

Tidak ada komentar: