22 Februari 2009

Acara Kuliner Enggak Ada Matinya

metro tv
William Wongso di Pasar Samarinda

Budi Suwarna

Tahun terus berganti. Acara kuliner tetap bertahan di layar kaca. Rupanya, penggemar acara yang berkaitan langsung dengan urusan perut ini tergolong loyal.

Di Trans TV, acara Gula-gula asuhan Bara Pattirajawane dan Wisata Kuliner asuhan Bondan Winarno masih tetap berkibar. Kedua acara ini masing-masing ditayangkan sejak tahun 2005 dan pertengahan 2006. Belakangan, stasiun ini juga meluncurkan acara kuliner baru Ala Chef yang diasuh Farah Quinn.

Indosiar masih mempertahankan acara Bango Cita Nusantara yang tayang sejak tahun 2007. Sebelumnya, acara tersebut diputar di Trans TV sejak awal tahun 2005.

Di Metro TV, acara masak asuhan William Wongso juga masih ada. Awalnya, acara itu bernama Cooking Adventure With William Wongso, kemudian berganti nama menjadi Cita Rasa William Wongso. Acara itu, hingga pekan lalu, telah memasuki episode ke-96.

Di TPI, Santapan Nusantara telah bertahan 13 tahun. Stasiun yang identik dengan dangdut ini, mengeluarkan lagi tiga acara kuliner lainnya, yakni Koki Kikuk, Sooo Puas, dan Emak Mencari Anu.

Sementara itu, di Trans7, ada Koki Cilik. Selain itu, Trans7 menyisipkan segmen kuliner asuhan Chef Rustandy di program berita Selamat Pagi.

Di RCTI, acara kuliner justru menghilang. Padahal, stasiun televisi swasta pertama ini pernah memiliki ikon acara kuliner Selera Nusantara asuhan Rudy Choirudin yang bertahan lebih dari satu dekade.

Mengapa acara kuliner bertahan dan tidak timbul tenggelam mengikuti tren seperti acara-acara lainnya? Kepala Departemen PR Marketing Trans TV Hadiansyah, Kamis (18/2), mengatakan, acara kuliner memiliki segmen pasar yang cukup luas dan mampu menarik iklan.

"Dari sisi rating, acara kuliner saat ini tidak besar, paling mentok 2. Tapi, acara ini punya penonton loyal, terutama ibu-ibu," katanya.

Humas Indosiar Gufroni mengatakan hal senada. "Acara kuliner itu bisa menjadi salah satu ikon, jadi kami tidak akan menghilangkannya."

Konteks sosial

Meski bertahan cukup lama, pendekatan acara-acara kuliner di televisi nasional sejatinya tidak banyak berubah. Kebanyakan masih sebatas bagi-bagi resep atau mengajak pemirsa mencicipi makanan di tempat tertentu.

Sebagian juga masih mengandalkan selebriti untuk menarik perhatian penonton meski pengetahuan mereka tentang kuliner kadangkala pas-pasan. Akibatnya, sebagian dari mereka hanya mampu mengapresiasi makanan dengan kalimat, "Masakannya enak banget. Rasanya manis, gurih, sedikit asin."

Namun, ada beberapa acara kuliner yang memberikan informasi dan edukasi cukup baik mengenai dunia kuliner. Salah satunya adalah acara Cita Rasa William Wongso.

William tidak hanya mempraktikkan kepiawaiannya memasak, tetapi, lebih jauh, dia berusaha memberikan konteks sosial-budaya atas kegiatan kuliner. "Buat saya, kalau acaranya hanya masak, tidak banyak gunanya karena memasak itu hanya salah satu dari sebuah proses panjang," kata William, Kamis, di sela-sela shooting.

Karena itu, William mengawali acaranya dengan "bertamasya" ke pasar tradisional. Sambil menjelaskan bagaimana memilih bahan-bahan masakan yang baik, dia juga akan bercerita keunikan masing-masing pasar yang dia kunjungi.

Kelihatannya, ini seperti jalan-jalan biasa. Namun, sebenarnya kita sedang diajak menyelami akar tradisi kuliner di daerah tertentu.

Dari sudut pasar tradisional yang semrawut, dia berusaha menemukan makanan khas di sana. Lalu, berbincang-bincang seputar makanan itu dengan pedagangnya. William juga mampu menjelaskan pengaruh budaya tertentu yang terkandung dalam sejumlah masakan yang dia cicipi.

Di segmen terakhir, William mencoba memasak makanan lokal yang dia temui di pasar tertentu dengan interpretasinya sendiri.

Segmen kuliner di Selamat Pagi Trans7 juga memberikan edukasi cukup baik. Di segmen itu, Chef Rustandy tidak hanya menunjukkan bagaimana cara memasak sebuah menu dengan baik. Namun, dia juga menghitung nilai gizi dan kalorinya.

Acara kuliner memang sebaiknya terus mencari pendekatan-pendekatan baru yang sesuai dengan kebutuhan pemirsa. Membagi resep atau mengajak berwisata makanan tidak lagi cukup.

http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/02/22/01232424/acara.kuliner.enggak.ada.matinya

Tidak ada komentar: