02 Agustus 2008

Selebriti dan Politikus

Pernyataan kandidat presiden AS dari Partai Republik, John McCain, tentang kandidat dari Partai Demokrat, Barack Obama, menarik untuk disimak.

McCain mulai melancarkan serangan agresif terhadap Obama. Ia antara lain menyebut Obama sebagai kandidat yang arogan dan tidak siap menjadi presiden, bahkan Obama dikatakan seperti seorang selebriti, bintang pop. McCain juga menyamakan Obama dengan penyanyi Britney Spears dan Paris Hilton.

Obama memang begitu populer. Namanya mendunia. Di banyak negara, ia disambut bak seorang presiden. Di Berlin, Jerman, misalnya, sekitar 200.000 orang mengelu-elukan ketika ia berpidato. Namun, penampilan Obama itulah yang digunakan kubu McCain untuk menyerangnya.

Benarkah ejekan McCain itu? Memang, sekarang ini, batas antara selebriti dan politikus dapat dikatakan tipis. Sama seperti selebriti, politikus harus pandai dan piawai bergaya, berlagak, bersandiwara, dan juga harus menguasai bahasa tubuh secara baik, terutama jika disorot kamera televisi.

Meskipun batas di antara keduanya semakin tipis, mau tidak mau antara selebriti dan politikus pasti berbeda. Sebagai misal, kemewahan selebriti dinikmati masyarakat. Dengan menyaksikan kemewahan selebriti, masyarakat seperti mencapai katarsis wishful thingking-nya.

Anggota masyarakat ingin cantik, tampan, gagah, kaya, hidup mewah bergelimang harta, dan sebagainya. Semua itu hanya ada dalam impian. Dan, dengan menyaksikan penampilan para selebriti, mereka mengidentifikasikan diri mereka dengan para selebriti itu.

Di sinilah bedanya. Kalau selebriti sebagai aktualisasi wishful thingking dari masyarakat, politikus seharusnya adalah gantungan harapan kehidupan nyata masyarakat. Dalam banyak hal rakyat tahu, mereka diperalat oleh politikus, tetapi apa mau dikata, mereka tidak berdaya untuk menghindar dari jeratan itu.

Rakyat juga mengetahui bahwa seorang kepala negara itu seperti selebriti, populer dan berkarisma selama berkuasa, untuk dilupakan dan ditinggalkan setelah masa populernya habis. Seorang kepala negara berkarisma karena kekuasaan dan kekuatannya, seperti selebriti berkarisma karena kecantikan, suara, goyang pinggul, bahkan kenekatannya.

Pada akhirnya, anggota masyarakat yang cerdik akan bisa membedakan mana selebriti mana politikus, mana selebriti yang berlagak seperti politikus, mana politikus yang bergaya seperti selebriti sekadar untuk menebar pesona. Itu berlaku di mana-mana, di semua negara.

http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/08/02/00400594/readksi.yth

Tidak ada komentar: