27 Juli 2008

Perjuangan Aris dan Gisel Mencapai Final Indonesian Idol 2008

[ Jawa Pos Minggu, 27 Juli 2008 ]
Bingung Bisa Terima Banyak SMS
Perjuangan Aris dan Gisel Mencapai Final Indonesian Idol 2008

Ada beberapa kisah di balik perjuangan Gisella Anastasia, 18, dan Januarisman Runtuwene, 21, menuju final Indonesian Idol 2008. Keduanya sama-sama mengalami masa pahit menghadapi hidup dan lingkungan.

-----

Gisel -sapaan akrab Gisella- tidak pernah menyangka bisa lolos ke babak final. Setahu dia, seorang kontestan bisa terus bertahan karena banyaknya dukungan berupa short message service (SMS). Banyaknya SMS itu pun tidak bisa diharapkan sepenuhnya dari masyarakat luas.

Setahu Gisel, sumber SMS itu dari keluarga para kontestan. Ada yang memborong pulsa, dibagikan kepada kerabat, lalu kompak ber-SMS bersama mendukung jagoannya.

Tapi, kata Gisel, keluarganya tidak bisa seperti itu. Gadis kelahiran Surabaya, 16 November 1990, itu mengaku berasal dari keluarga sederhana. ''Aku nggak ngerti selama ini aku dapat SMS dari mana saja,'' ucapnya saat berkunjung ke Graha Pena Jawa Pos, Jakarta, Rabu (23/7).

Banyak orang mengira Gisel adalah anak orang kaya. Ketika banyak orang mengira ayahnya belanja pulsa untuk ''ngebom'' SMS, perempuan berkulit putih itu kesal. ''Orang mikirnya aku orang kaya yang monopoli SMS. Padahal, nggak sama sekali. Aku gemes aja. Penampilan aku dari sananya memang begini. Orang-orang berpikir aku keturunan Tionghoa. Tapi, kan nggak semua (orang Tionghoa itu kaya),'' jelasnya.

Gisel mengatakan, ayahnya, Alal Suryanto, bekerja wiraswasta menjadi tukang service AC. Menurut dia, pekerjaan itu pun tidak setiap hari ada, bergantung ada klien atau tidak. Sementara ibunya, Rita Ningsih Marbun, ibu rumah tangga biasa. ''Dulu sih sempat buka laundry kiloan,'' ujarnya.

Gisel sebenarnya maklum jika kebanyakan orang menganggap dirinya anak orang kaya. Dia telanjur sekolah di salah satu sekolah berbiaya tinggi di Surabaya. Bahkan, sejak TK. "Sebab dari dulu dianjurkan saudara-saudara. Tapi, dapat keringanan terus. Setiap tahun datang ke sekolah bawa surat keterangan nggak mampu dari RW, surat keterangan dari gereja, terus ditinjau dulu ke rumah apakah benar nggak mampu,'' kata Gisel, yang tinggal bersama keluarganya mengontrak di rumah kecil kawasan Wisma Tengger, Surabaya.

Jika berangkat sekolah, siswi kelas 2 SMA Kristen Petra 1 Surabaya itu diantar ibunya menaiki sepeda motor jenis bebek. Turun di depan gerbang paling luar sekolah, lalu buru-buru berjalan masuk. Menurut Gisel, selama ini teman-temannya tidak ada yang tahu dengan kondisi asli keluarganya. ''Bukannya menutupi, cuma nggak pengin buka-buka saja. Agak gengsi aja kalau di sekolah,'' akunya.

Lalu, mengapa tidak mau diantar sekolah papa? ''Kalau papa yang nganter, nggak mau karena malu. Kecuali kalau les (vokal), papa yang antar naik Vespa,'' jawab anak tunggal itu.

Gisel mengakui, dirinya memang jaga gengsi. Menurut dia, biar miskin asal keren. Jadilah, dia seperti sekarang. Dandanan modis, punya ponsel bagus, dan pergaulan dengan anak orang kaya. ''Potongan rambut aku ini Rp 15 ribu lho, nggak keliatan kan?'' sahutnya, sambil menunjuk ke arah rambutnya yang dicat cokelat.

Sedangkan Januarisman alias Aris mengaku dari jalanan. Semua orang kini sudah tahu, dia menjadi pengamen di kereta jurusan Kota-Bekasi karena impitan ekonomi. Awalnya Aris berbohong kepada kedua orang tuanya, Sllop Runtuwene dan Siti Rohaya tentang pekerjaannya itu. Sebab, orang tuanya tidak setuju. Tapi, Aris sering pulang sambil membawa uang Rp 15 ribu untuk orang tuanya. ''Sebelumnya sih saya bilang saja uang hasil mungutin bola (anak gawang). Tapi, lama-lama mereka nggak percaya,'' kisah pria kelahiran Jakarta, 25 Januari 1987, itu.

Aris adalah anak ketiga dari empat bersaudara. Ayahnya, Sllop, bekerja di sebuah gereja. Sedangkan Siti bekerja sebagai penjahit dan guru mengaji anak-anak di lingkungan sekitar rumahnya, Cakung, Jakarta Timur.

Pria yang putus sekolah kelas 2 SMP itu mengatakan, teman-temannya di jalan sampai saat ini tetap kompak. Bahkan, kata dia, ada yang sengaja membeli pulsa semampu mungkin untuk SMS ke Indonesian Idol mendukung temannya sesama musisi jalanan. ''Untuk mereka, gue mau bangun studio. Dan mau bikin rumah singgah untuk ngumpul-ngumpul lagi sama gue,'' ujarnya. (sugeng sulaksono/nda)

Tidak ada komentar: