13 Juni 2008

KPI dan KPAI Jalin Kerja Sama Guna Hindari Dampak Buruk Tayangan Kekerasan

kpi.go.id 12/06/2008 - "Kekerasan sangat dekat dengan anak. Sejak usia dini anak-anak sudah dikenalkan berbagai bentuk kekerasan, mulai kekerasan verbal, fisik hingga seksual. Anak perempuan lebih sering mengalami kekerasan seksual hingga berdampak kehamilan, sementara anak laki-laki lebih sering mengalami kekerasan fisik hingga berdampak kematian," tegas Budhy Prabowo, dari bagian Data dan Pelaporan Sekretariat Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) pada acara Diskusi KPAI ttg kekerasan di Media, dengan berbagai lembaga, Kamis (12/6).

Diskusi yang juga mengundang Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) ini, juga membeberkan data dari United Nations Children's Fund (UNICEF), yang menyatakan bahwa ada 40 juta anak di bawah 15 tahun yang mengalami kekerasan dan penelantaran dan memerlukan penanganan medis dan sosial. Di indonesia sendiri, menurut catatan Departemen Sosial (2006) ada 182,400 kasus kekerasan terhadap anak.

KPAI mencatat sepanjang tahun 2006-2007 kekerasan yang terjadi pada anak bukan hanya dilakukan oleh orang terdekat, tetapi juga orang lain. Dari sini muncul pertanyaan, apakah media televisi turut berpengaruh terhadap maraknya kekerasa terhadap perilaku anak? Dan sejauhmana dampak tayangan kekerasan dan berita kriminal pada sikap dan perilaku tumbuh kembang anak?

Topik diskusi yang dihadiri kurang lebih 30 orang ini, penting untuk dibahas karena kekerasan banyak tersebut ditiru anak dari tayangan televisi. Sebab, seperti yang dipaparkan oleh Nina Armando dari Yayasan Pengembangan Media Anak (YPMA), sudah banyak studi yang menunjukkan kekerasan di televisi menimbulkan pengaruh pada pemirsanya. "Anak adalah seperti kertas putih yang siap diisi oleh apa saja. Ia menjiplak apa saja yang masuk ke dalam benaknya, dan anak akan menyerap tawaran dari media, karena ia belum memiliki kemampuan untuk menentukan pilihan bagi dirinya" tegasnya.

Nina pun menyoroti persoalan media lain yang juga dekat dengan anak, seperti: videogame, dan komik. Sebab media tersebut mudah menarik perhatian karena sifatnya yang mudah dijangkau dan relatif murah. Salah satu game yang ditemukan adalah, "GTA San Andreas", yang berisikan permainan seorang pengendara bermotor. Banyak juga game yang berisi tentang strategi perang, yang pada dasarnya di luar negeri sering dimainkan oleh tentara-tentara sebagai simulasi mereka.

Sementara itu Wakil Ketua KPI, Fetty Fajriati Miftach, mengatakan bahwa KPI sendiri sesungguhnya telah berupaya mengingatkan kepada seluruh stasiun televisi yang melanggar untuk memperbaiki program-program yang berpotensi memberikan dampak negatif bagi anak. Menurutnya, dasar teguran KPI Pusat selain mengacu pada UU Penyiaran No.32/2002, juga Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3 SPS).

"Kita sudah minta semua stasiun televisi untuk menayangkan ikon klasifikasi siaran. Kalau program anak harusnya ditaruh ikon A. Namun semua klasifikasi itu tetap harus ada bimbingan orangtua, karena kita tidak menjamin dengan adanya klasifikasi tersebut anak akan mengerti sepenuhnya isi program televisi yang ditonton", ujar Fetty.

Namun Fetty menyayangkan masih banyak stasiun televisi yang tidak mencamtumkan ikon klasifikasi program siaran tersebut. Padahal ikon itu penting untuk menuntun orang tua memilah tayangan televisi untuk anak-anaknya. Oleh karena itu, Komisioner KPAI bidang anti kekerasan, Magdalena, yang menggagas diksusi ini mengatakan KPI dan KPAI perlu duduk bersama untuk bersama-sama menyuarakan pentingnya melindungi anak-anak dari bahaya kekerasan yang ada di televisi.

Diskusi yang berakhir hingga sore hari ini, membuat rekomendasi agar KPI dan KPAI, juga lembaga lain seperti Yayasan Pengembangan Media Anak, dan UNICEF untuk duduk bersama dengan para pemimpin stasiun televisi agar bersama-sama mengatasi kekerasan yang terjadi di dalam masyarakat Indonesia.

Tidak ada komentar: