08 Februari 2010

Media Sosial, Selain Filter, Keluarga Berperan Penting

Peran keluarga, dalam hal ini orangtua, dalam mendampingi dan mengarahkan anak di dunia siber masih amat diperlukan. Pemasangan filter perangkat lunak yang berfungsi mengontrol akses ke internet saja tak cukup untuk melindungi.

Meskipun software parental berupa filter akses pengontrol kegiatan internet bisa diterapkan, perangkat lunak bukanlah solusi strategis. Dalam beberapa kasus, filter perangkat lunak membuat anak-anak yang pintar mencari jalan dengan caranya sendiri untuk menembus keamanan komputer.

Donny BU, penggiat gerakan Internet Sehat yang juga peneliti senior Information Communication and Technology (ICT) Watch, mengatakan, sebagian orangtua yang memasang software parental justru hanya mendapatkan rasa aman yang semu. "Aman yang dirasakan semu, anak-anak justru semakin punya banyak akal untuk menerobos filter," katanya.

Oleh karena itu, penggunaan software parental tak menjamin keamanan 100 persen. Perangkat lunak itu tak bisa menggantikan peran orangtua, guru, dan komunitas yang harus mendorong suatu kondisi agar anak-anak selalu berada di koridor internet sehat.

Oleh karena itu, informasi tentang internet sehat dan aman harus dimiliki setiap keluarga. Donny yang termasuk tim penyusun publikasi Internet Sehat di Indonesia menambahkan, Internet Sehat telah menjadi gerakan dan terus dikampanyekan.

Rudy Rosadi, Kepala Sekolah SMP dan SMA Mutiara Bangsa 3, Jakarta Barat, mengatakan, penggunaan perangkat lunak relatif ampuh untuk memblokir situs-situs yang tak pantas dilihat.

"Situs-situs yang tak berkaitan dengan pelajaran kami blokir. Ini termasuk Facebook. Awalnya ada protes dari siswa, tetapi akhirnya bisa menerima," kata Rudy.

Namun, karena teknologi telepon genggam terbaru hampir semuanya bisa digunakan untuk internet, pemblokiran pada komputer sekolah tak memengaruhi aktivitas siswa di dunia maya. "Mereka tetap bisa mengakses alamat web dan Facebook dari telepon genggam," kata Rudy.

Solusinya, menurut Donny, pemerintah diharapkan tak hanya fokus dengan program filter. Pemerintah harus mulai membangun gerakan yang bisa mendorong masyarakat sipil untuk berlomba-lomba membuat konten-konten positif. "Kalau konten positif terlalu sedikit dan membosankan, anak- anak akan lari ke konten negatif," kata Donny.

Peneliti dari Pusat Kajian Sosiologi Universitas Indonesia, Kahardityo, mengatakan, pengawasan manual dari orangtua atau keluarga masih amat penting dalam melindungi anak- anak. Golongan usia anak-anak tak dapat dilepaskan begitu saja di tengah pasar bebas informasi yang dinamis di belantara siber.

"Kita mungkin tidak bisa seperti di China yang memblok internetnya karena kita harus konsisten dengan pilihan bentuk negara demokrasi. Tetapi, di satu pihak kita tidak siap dengan konsekuensi-konsekuensinya," kata Kahardityo.

Nilai dan norma sosial kian tereduksi oleh derasnya arus informasi di internet. "Ditambah lagi masyarakat kita dipertontonkan dengan merebaknya budaya tampil. Melalui media-media sosial, hal itu tersalurkan. Namun, hal-hal semacam itu tidak dibarengi dengan modal nilai dan norma yang terpelihara," katanya. (AMR/SF) - http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/02/09/02451127/selain.filter.keluarga.berperan.penting.

Tidak ada komentar: