26 April 2009

'Tukar Nasib' SCTV, Adaptasi Cara Hidup Dua Keluarga

Acara ini mengajak pemirsa untuk belajar arti hidup

Crist Rudianto adalah seorang dosen. Pria berusia 43 tahun ini juga pemilik Rumah Bersalin Permata di Salatiga, Jawa Tengah. Tak hanya itu, ia pun dikenal sebagai supplier kerajinan kayu dan tembaga,  developer , konsultan, dan  programmer IT.

Istrinya, Intan Herawati, adalah ibu rumah tangga. Di sela-sela kesibukannya mengurus rumah, Intan ikut membantu sang suami mengelola rumah bersalin. Aktivitas lain dari perempuan berusia 36 tahun ini adalah mengantar dan menjemput anak-anak bersekolah, juga mengelola tempat kost.

Tiga anak mereka, Anneke Permata Putri (13 tahun), Fadhila Syahla Khairunisa (11), dan Alyssa Berliana Putri (7) menuntut ilmu di sekolah Al Azhar, Salatiga. Di rumah, anak-anak ini biasa main  play station , mengoleksi boneka barbie, juga berlatih alat musik, khususnya gitar.

Kehidupan keluarga Rudianto yang mapan dan serba berkecukupan ini tiba-tiba berbalik 180 derajat. Selama tiga hari, keluarga ini menjalani kehidupan di bawah garis kemiskinan. Mereka tinggal di rumah reot tanpa AC dan televisi di sebuah dusun terpencil di Sraten, Salatiga. Rudianto pun tak mengajar di kampus, tapi harus bermandi peluh mencari pasir dan batu di sungai.

Keluarga Rudianto untuk sementara 'bertukar nasib' dengan keluarga Sukemi (50). Beristrikan Puniah (40), Sukemi punya dua orang anak, Novi Saputra (12) dan Nurul Odam (8). Dari hasil menjual pasir, Sukemi mengantongi pendapatan Rp 50 ribu per minggu. Sedangkan dari menjual pecahan batu, ia mendapat Rp 90 ribu per minggu. Untuk menambah penghasilan suaminya, Puniah bekerja sebagai buruh tanam padi.

Selama tiga hari, keluarga Sukemi berkesempatan menikmati cita rasa kehidupan yang lain, yakni hidup mewah ala keluarga Rudianto. Sukemi mengajar di kampus. Puniah yang biasanya berkecipak di sawah kini harus mem- briefing bidan dan perawat di Rumah Bersalin Permata. Lalu, kedua anak mereka, yang biasanya main di sungai, mencicipi permainan baru yaitu  play station . Keluarga Sukemi juga menikmati jalan-jalan dengan mobil mewah ke mal dan tempat wisata.

Semua kemewahan itu tentu merupakan hal baru bagi keluarga Sukemi. Begitu pula keluarga Rudianto yang mendapat pengalaman baru ketika harus hidup dalam kemiskinan. Kisah kehidupan dua keluarga ini dapat disaksikan di program  Tukar Nasib episode 11, yang tayang di layar  SCTV , Sabtu (25/4). Drama  reality show ini tayang setiap Sabtu dan Ahad, pukul 16.30 WIB.

Banyak liku yang mesti dilalui saat pembuatan acara ini. ''Kami kerap mengalami kesulitan dalam menyusun jadwal proses  shooting terutama dalam mencari waktu luang dari keluarga yang mapan untuk  shooting selama tiga hari,'' ungkap Eko Nugroho, produser dari rumah produksi Dreamlight saat ditemui di sela-sela  shooting tayangan  Tukar Nasib di Salatiga, Kamis (16/4) lalu. Ia pun cukup kesulitan mencari keluarga mapan yang mau bertukar nasib. ''Untuk mencari keluarga yang kurang mampu tidak begitu mendapat masalah, namun cukup susah mencari keluarga yang mampu.''

Menurut Eko, kaya dan miskin bagai dua kutub yang saling bertolak belakang. Jurang pemisah itu kian terlihat ketika si kaya hidup mapan dengan segala fasilitas yang tersedia, sedangkan si miskin harus bekerja keras demi sesuap nasi. ''Bagaimana orang miskin mencicipi kemewahan dan berleha-leha seperti layaknya keluarga berada? Bagaimana pula rasanya orang kaya hidup dalam keterbatasan ekonomi? Itulah yang hendak disajikan dalam  Tukar Nasib ,'' lanjutnya.

Cukup diminati
Diam-diam,  Tukar Nasib cukup diminati pemirsa. Seperti diungkapkan Manajer Humas  SCTV , Budi Darmawan, sejak awal penayangannya pada 14 Maret lalu, grafik kepemirsaan program ini terus meningkat dari minggu ke minggu hingga ke mencapai 27,2 persen dengan  rating 4,4 poin, yang berarti  Tukar Nasib ditonton 3,5 juta orang. ''Benang merah yang sederhana dari acara ini menjadikannya cukup diminati pemirsa,'' kata Budi.

Hal itu tak lain karena  Tukar Nasib ditampilkan secara natural sehingga jelas terlihat kegagapan dalam menjalani kehidupan baru yang bertolak belakang dengan kesehariannya. '' SCTV berharap, tayangan ini mampu memberi hikmah secara visual kepada masyarakat akan pentingnya rasa syukur atas nikmat apa pun dari Allah SWT,'' tandas Budi. Acara ini juga mengajak pemirsa untuk belajar arti hidup. rusdy nurdiansyah

http://www.republika.co.id/koran/43/46508/I_Tukar_Nasib_I_Adaptasi_Cara_Hidup_Dua_Keluarga

Tidak ada komentar: