11 April 2009

Televisi - Pemilu dalam "Politainment"

Minggu, 12 April 2009  :: "Inilah hasil akhir 'quickcount' Lingkaran Survei Indonesia," ujar presenter tvOne, Kamis (9/4) malam. Begitu presenter menyelesaikan kalimatnya, ribuan kertas kecil berkelap-kelip jatuh dari atas panggung siaran. Lampu sorot berpendar-pendar dan musik dimainkan. Begitulah tvOne mengemas penutupan siaran "quickcount" Pemilu 2009 seperti adegan di penghujung pesta atau konser musik. Budi Suwarna

Kemasan entertainment memang cukup kental terlihat pada rangkaian program Pemilu Indonesia di tvOne selama 24 jam tanpa henti, sejak 9 April 2009 hingga 10 April 2009. Para presenter tampil penuh senyum, sesekali bercanda dengan sesama presenter.

Pada kesempatan lain, dua presenter diskenariokan seperti orang bertaruh partai mana yang unggul dalam pemilu kali ini berdasarkan quickcount (hitung cepat). "Benar kan partai yang saya unggulkan menang," kata seorang presenter.

Presenter lain yang menjadi "rivalnya" bertingkah seakan-akan dia tidak rela menerima hasil hitung cepat itu.

Elemen musik hampir tidak pernah ketinggalan dalam program Pemilu Indonesia tvOne. Pada salah satu acara bincang-bincang mengenai pemilu, misalnya, tiba-tiba penyanyi Pingkan Mambo muncul dan bernyanyi dengan suaranya yang seksi dan gayanya yang lincah.

Wakil Pemimpin Redaksi tvOne Nurjaman Mochtar, Jumat (10/4), mengatakan, pihaknya sengaja mengemas siaran pemilu dalam kemasan menghibur demi menjangkau pemirsa lebih luas hingga ke kalangan menengah bawah. "Kalau hanya menghadirkan pakar lalu disuruh diskusi pasti membosankan dan tidak banyak yang nonton," ujarnya.

Pihak tvOne ingin siaran pemilu tampak gebyar, menarik, dan juga mendebarkan. "Saya ingin orang menonton quickcount seperti nonton F1 (balap mobil Formula 1). Adrenalinnya ikut terpacu," ujarnya.

Berbeda dengan tvOne, televisi berita MetroTV yang membidik penonton menengah atas tampil tanpa banyak polesan. Hasil hitung cepat yang dilakukan Lembaga Survei Indonesia langsung dianalisis narasumber dan dikonversi menjadi jumlah kursi yang mungkin diperoleh masing-masing partai. Bagaimana perilaku pemilih di setiap daerah dan kemungkinan peta koalisi juga dianalisis secara gamblang.

Kemasan "entertainment"

Apa yang dilakukan tvOne dengan program pemilunya sekadar menegaskan kecenderungan televisi nasional yang kian menekankan aspek hiburan beberapa tahun terakhir. Apa pun programnya, kemasannya harus hiburan.

Karena itu, jangan heran jika acara talk show dikawinkan dengan lawak, siaran berita dikawinkan dengan pertunjukan musik, perjalanan, dan kuliner. Peristiwa bencana, kriminal, dan kejahatan politik digarap seperti sinetron atau reality show yang serba dramatis, menguras air mata, atau mengaduk-aduk emosi penonton.

Pendekatan seperti ini juga dipakai dalam acara-acara berbau politik dan pemilu tahun ini. Di Trans7, misalnya, ada acara Kontrak Politik yang berpretensi menguji kualitas caleg/politisi. Pengujian kualitas caleg/politisi dilakukan dengan gaya yang sama sederhananya dengan reality show cinta-cintaan ketika menguji kualitas cinta dan kesetiaan seorang ABG pada pacarnya.

Acara berbau politik lainnya yang juga dikemas dalam bentuk hiburan, antara lain Kencan Politik, Uji Kandidat, dan Republik BBM. Sebagian orang televisi menyebut acara seperti itu dengan istilah "politainment", yakni "perkawinan" antara politik dan entertainment.

Pendekatan ini dianggap bisa mereduksi politik sebagai sesuatu yang semula dicitrakan serius dan membosankan menjadi tontonan yang ringan, lucu, atau mengaduk-aduk emosi. Menonton peristiwa politik menjadi seperti menonton obrolan ringan, konser, lawak, atau sinetron. Serba menyenangkan atau membangkitkan sensasi.

Apakah dengan penggarapan semacam itu duduk perkara suatu peristiwa menjadi jelas? Itu urusan belakangan.

Didin Sabarudin dari Bandung Spirit TV Watch berpendapat, sah-sah saja televisi mengemas acara apa pun termasuk siaran pemilu dengan pendekatan hiburan. "Tapi, jangan hanya konsentrasi pada kemasan saja, sementara isinya tidak ada," katanya, Jumat.

Menurut Didin, siaran di hampir semua televisi mengenai Pemilu 2009 sejak masa kampanye hingga pencontrengan baru menyoroti permukaan saja. Yang disorot baru ritual dan pestanya saja. Persoalan mendasar, seperti kisruh Daftar Pemilih Tetap yang mengancam pemilu, justru hanya muncul sekilas.

"Padahal itu yang mendasar untuk dikupas habis dan dicari fakta-faktanya sebanyak mungkin agar duduk persoalannya jelas."

Didin berharap, televisi memperbaiki siarannya pada pemilihan presiden/wakil presiden mendatang. "Jangan hanya menayangkan acara yang enak ditonton dan menyenangkan pemirsa, tapi isinya cekak," tambah Didin.

http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/04/12/02521023/pemilu.dalam.politainment

Tidak ada komentar: