05 April 2009

Melirik Kontrak Politik

Ini adalah reality show politik pertama yang hadir di stasiun televisi Indonesia

Bisa dibilang, 2009 adalah tahun politik. Betapa tidak, tahun ini Indonesia punya dua hajatan politik yang sangat penting. Yaitu, pemilu legislatif dan pemilihan presiden.

Tak hanya para politisi saja yang sibuk menyambut pesta demokrasi itu, stasiun televisi pun tak mau ketinggalan. Mereka berlomba-lomba menyajikan program bernuansa politik. Trans 7 misalnya, punya dua program bergenre: Kontrak Politik dan Kursi Panas. ''Kedua program ini disajikan sebagai wujud tanggung jawab Trans 7 untuk ikut menyosialisasikan dan mencerdaskan masyarakat dalam pelaksanaan Pemilu 2009,'' kata Linda Fitriesti, media relations officer Trans 7 kepada Republika, belum lama ini.

Kontrak Politik sudah tayang sejak Rabu (25/2) dan seterusnya hadir setiap Rabu pukul 22.30 WIB. Sedangkan Kursi Panas tayang setiap Selasa pukul 22.30 WIB.

Menurut Titin Rosmasari, kepala Divisi Pemberitaan Trans 7, Kontrak Politik adalah program reality show politik pertama yang hadir di stasiun televisi. Program ini mengambil sudut pandang berbeda, jauh dari kesan dunia politik yang tampak glamor.

Kontrak Politik mengetengahkan persoalan nyata yang dialami masyarakat dalam kehidupan sehari-hari, seperti dilema warga bantaran Kali Ciliwung, korban penggusuran, anak putus sekolah, korban pemutusan hubungan kerja (PHK), dan lain-lain. ''Selanjutnya, calon politisi atau calon anggota legislatif (caleg) ditantang untuk mencarikan solusi atas permasalahan yang dihadapi masyarakat, sehingga bukti konkretlah yang mereka berikan, bukan sekadar janji-janji,'' ujar Titin.

Dalam program ini, lanjut dia, terdapat dua penokohan yakni dua orang atau lebih calon politisi atau caleg, dan seorang klien yang punya masalah kompleks seperti ekonomi yang lemah, putus sekolah, tak memiliki tempat tinggal yang layak, dan sebagainya. Sang caleg dan klien harus berada pada satu daerah pemilihan atau provinsi.

Dua atau lebih caleg itu kemudian ditantang untuk memberikan solusi nyata atas permasalahan sang klien. Masing-masing caleg harus membuat program yang riil dalam waktu terbatas (2-3 hari) namun berkesinambungan. Di hari penentuan, sang klien akan memilih sendiri, program manakah yang paling cocok bagi dia dan keluarganya.

Pada tayangan perdana Kontrak Politik, tampil seorang klien bernama Pak Sidup. Warga bantaran Kali Ciliwung ini ingin pindah dari rumahnya yang tak layak huni namun menghadapi kendala karena tidak punya pekerjaan dan tak jelasnya ganti rugi. Banjir di bulan Februari lalu telah menghanyutkan rumahnya dan menewaskan seorang anaknya. Pindah rumah bagi Pak Sidup adalah kebutuhan yang sangat mendesak. Namun, ia tak punya banyak pilihan untuk segera pindah.

Kontrak Politik pun menantang dua orang caleg yakni Raya Pertiwi (PDIP) dan Nova Riyanti Yusuf (Demokrat) untuk mencarikan solusi buat Pak Sidup agar bisa segera pindah. Pada segmen pertama, program yang diajukan Raya maupun Nova sempat gagal karena kurang realistis untuk keluarga Sidup.

Barulah pada segmen berikutnya, program yang ditawarkan Nova berupa pinjaman modal dagang dipilih keluarga Sidup. Program ini dirasa dapat menopang perekonomian keluarga Sidup secara berkesinambungan.

Profil sang tokoh
Lantas, apa yang tersaji di Kursi Panas? Tayangan ini tidak menjadikan isu politik sebagai bahasan utama, tapi mengangkat profil sang tokoh, pengalaman pribadi mereka, serta konsistensi tokoh dalam merefleksikan kata dan perbuatannya. ''Lewat Kursi Panas diharapkan masyarakat dapat mengetahui dan memahami sosok yang akan mereka pilih secara benar dan utuh,'' kata Titin.

Dipandu oleh Iwel Welnady, program ini memiliki tiga segmen. Pada segmen pertama, akan diungkap sisi lain dari kehidupan sang tokoh, termasuk kebiasaan dan pengalamannya yang belum banyak diketahui publik. Misalnya, pengalaman mencontek saat masih duduk di SD atau SMP, mata pelajaran yang dibenci, pengalaman cinta pertama sebelum bertemu istrinya sekarang, dan lain sebagainya.

Segmen kedua, merupakan segmen pembuktian atas jawaban yang telah diberikan sang tokoh. Pada segmen terakhir, Kursi Panas akan menelisik kejujuran sang tokoh. Misalnya, sang tokoh mengaku nasionalis dan selalu mengampanyekan penggunaan produk dalam negeri. Nah, tim Kursi Panas akan mencari bukti apakah sang tokoh dan keluarganya memang cinta produk dalam negeri. Jangan-jangan malah sebaliknya.

Sejak penayangan perdananya, sudah beberapa tokoh politik negeri ini yang merasakan 'panasnya' Kursi Panas. Di antara mereka adalah Wiranto, Amien Rais, Soetrisno Bachir, dan Gus Dur. rusdy nurdiansyah

http://www.republika.co.id/koran/43/42229/Melirik_I_Kontrak_Politik_I

Tidak ada komentar: