14 Maret 2009

Menguji "Kualitas" Caleg

Budi Suwarna

Minggu, 15 Maret 2009 | Bagaimana gambaran para calon anggota legislatif atau caleg pada Pemilu 2009? Sepintas, Anda bisa melihatnya di sejumlah program televisi yang berpretensi menguji kualitas caleg.

Salah satunya adalah acara Kontrak Politik yang ditayangkan Trans7 setiap Rabu malam. Kru Kontrak Politik mendatangi dua caleg yang mengklaim dirinya sebagai pejuang rakyat melalui poster dan spanduk di pinggir jalan. Kepada mereka, kru menyodorkan masalah konkret yang dihadapi seorang warga atau disebut klien.

Pada salah satu episode, kru menantang Raya Pertiwi, caleg PDI-P, dan Nova Rianti Yusuf, caleg Partai Demokrat. Kedua caleg yang bertarung memperebutkan kursi DPR di Daerah Pemilihan II DKI Jakarta itu diminta menyelesaikan masalah Sidup, warga bantaran Kali Ciliwung di daerah Kalibata, Jakarta Selatan, yang rumahnya tergenang banjir hingga 1 meter. Sidup sendiri stres karena menganggur.

Kru memberikan waktu dua hari kepada kedua caleg untuk menyusun program yang bisa memecahkan masalah klien. Disodori masalah secara mendadak, kedua caleg pun bingung, tetapi terpaksa menyanggupi tantangan kru. Ekspresi wajah caleg yang kebingungan itu ditangkap kamera secara cukup detail.

Pada hari ketiga, kru mendatangi kedua caleg untuk menagih program. Raya, saat itu, menawarkan Sidup kursus keterampilan di sebuah balai latihan kerja (BLK). Dia pun membawa Sidup ke BLK itu. Sayang, BLK baru membuka pendaftaran bulan Maret nanti. Adapun Nova mengusulkan Sidup sekeluarga tinggal di penampungan sementara di Kampung Melayu, Jakarta Timur. Usul itu ditolak karena tempat penampungan itu juga sedang kebanjiran.

Hari berikutnya, Raya menawarkan Sidup bekerja di rumahnya, sementara Nova menawarkan pinjaman modal untuk dagang. Di akhir acara, Sidup memilih pinjaman modal dari Nova.

Julius Sumant, Associate Produser Trans7, mengatakan, program itu dibuat untuk memberikan gambaran umum mengenai kualitas caleg. "Kami ingin rakyat memilih caleg karena kualitas dan program mereka. Rakyat harus kritis terhadap caleg," katanya, Rabu (11/3).

Pelajaran lainnya, caleg jangan mudah mengumbar janji melalui spanduk dan poster. Pasalnya, bukan tidak mungkin kru akan menantang mereka untuk ikut acara Kontrak Politik.

Menonton Kontrak Politik, kita seperti sedang melihat masalah kronis di dunia politik kita. Caleg gagap ketika disodori persoalan rakyat kecil karena selama ini mereka sibuk membangun citra. Itu sebabnya, dalam acara ini, caleg umumnya hanya bisa menawarkan program instan dan beraroma uang—meski itu dibungkus dengan istilah pinjaman atau asuransi—untuk menarik simpati klien.

Dari sisi klien, kita bisa melihat gambaran calon pemilih yang cenderung tertarik pada program yang menawarkan sumbangan uang, modal, atau pekerjaan. Maka, wajah politik di sini menjadi tidak lebih dari transaksi kepentingan jangka pendek, bukan sebuah proses jangka panjang yang menyejahterakan semua.

Uji caleg

Di TVOne ada acara Uji Kandidat setiap Selasa malam. Acara ini juga berpretensi menguji kualitas caleg. Caranya, dengan menguji pengetahuan umum caleg dengan kuis. Bagian ini, mirip acara Cerdas Cermat di TVRI dulu. Di segmen lain, caleg diminta memaparkan programnya. Tiga panelis menguji program tersebut dengan berondongan pertanyaan mirip dosen yang sedang menguji mahasiswa dalam sidang skripsi.

General Manager Current Affairs dan Production TVOne Sulaeman Sakib, Jumat (13/3), mengatakan, Uji Kandidat ingin memberikan gambaran umum kepada pemirsa mengenai kualitas caleg Pemilu 2009 nanti.

"Kita ingin bilang, ini dia caleg yang akan Anda pilih," kata Sulaeman.

Lewat acara ini, kita bisa melihat caleg yang pucat dan kebingungan menjawab pertanyaan panelis. Beberapa bahkan tidak bisa menjawab sama sekali pertanyaan panelis dan hanya bisa cengar-cengir. Namun, ada juga caleg yang tampil percaya diri.

Apa yang disajikan Kontrak Politik dan Uji Kandidat sebenarnya tidak benar-benar membedah kualitas caleg secara serius. Keduanya tetap saja tontonan yang menghibur, membuat penonton tertawa, terenyuh, menangis, gemas, dan pada akhirnya tidak memindahkan saluran ke televisi lain.

Soal pendidikan politik? Ah, itu hanya bungkus.

http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/03/15/05090567/menguji.kualitas.caleg

Tidak ada komentar: